HAKEKAT MANUSIA
DALAM PENDIDIKAN
A. Sifat Hakekat Manusia
Sifat
hakikat manusia menjadi bidang kajian filsafat, khususnya filsafat antropologi.
Hal ini menjadi keharusan oleh karena pendidikan bukanlah sekedar soal praktek
melainkan praktek yang berlandasan dan bertujuan. Sedangkan landasan dan tujuan
pendidikan sifatnya filosofis normative. Bersifat filosofis karena untuk
mendapatkan landasan yang kukuh diperlukan adanya kajian yang bersifat
mendasar, sistematis, dan universal tentang cirri hakiki manusia. Bersifat
normatif karena pendidikan mempunyai tugas untuk menumbuhkembangkan sifat
hakikat manusia tersebut sebagai sesuatu yang bernilai luhur, dan hal itu
menjadi keharusan. Uraian selanjutnya akan membahas pengertian sifat manusia
dan wujud sifat hakikat manusia. Gambaran yang jelas dan benar tentang manusia
itulah yang memberi arah tepat pendidik kemana peserta didiknya harus dibawa.
1.
Pengertian
Sifat Hakikat Manusia
Sifat
hakikat manusia diartikan sebagai cirri-ciri, yang secara prinsipiil (jadi bukan hanya gradual) membedakan manusia
dari hewan. Meskipun antara manusia dengan hewan banyak kemiripan terutama jika
dilihat dari segi biologisnya. Bentuknya
(misalnya orang hutan), bertulang belakang seperti manusia, berjalan tegak
dengan menggunakan kedua kakinya, melahirkan dan menyusui anaknya, pemakan
segala, dan adanya persamaan metabolisme
dengan manusia. Bahkan beberapa filosof seperti Socrates menamakan manusia itu
Zoon Politicon (hewan yang bermasyarakat), Max Scheller menggambarkan manusia sebagai
Das Kranke Tier (hewan yang sakit) (Drijarkara, 1962: 138) yang selalu gelisah
dan bermasalah.
Pernyataan
tersebut dapat menimbulkan kesan yang keliru, mengira bahwa hewan dan manusia
itu hanya berbeda secara gradual, yaitu suatu perbedaan yang melalui rekayasa
dapat dibuat menjadi sama keadaannya, misalnya air karena perubahan temperatur kemudian menjadi es batu, atau karena kemahiran rekayasa
pendidikan,
maka orang hutan dapat dijadikan
manusia. Upaya manusia untuk mendapatkan keterangan bahwa hewan tidak identik
dengan manusia telah ditemukan. Charles Darwin (dengan teori evolusinya) telah
berjuang untuk menemukan bahwa manusia berasal dari kera, tetapi ternyata
gagal. Ada misteri yang dianggap menjembatani proses perubahan dari kera ke manusia yang tidak sanggup
diungkapkan yang disebut The Missing Link yaitu suatu mata rantai
yang putus. Ada suatu proses antara yang tak dapat dijelaskan. Jelasnya tidak
ditemukan bukti-bukti yang menunjukkan bahwa manusia muncul sebagai bentuk ubah
dari kera melalui proses evolusi yang bersifat gradual.
Anwar Hafid
Tidak ada komentar:
Posting Komentar